Family Project-Day 1 (Preperation Project 1)


Maapkan saya yang benar-benar khilaf tidak mengerjakan level 2 Tantangan kemadirian. Jujur saya bingung  dan pusing 7 keliling tantangan level kedua secara si dedek belum lahir jadinya bingung melatih kemandirian saya dan pasangan. Duh, maapkeun yak.
Hmm...sebenarnya di level ketiga Bunda Sayang ini, saya agak sedikit kebingungan karena fokus pada anak, namun itu tidak menjadi halangan. Malah sebagai tantangan kita ke depannya setelah si dedek lahir kedunia.
Oke, dalam family project kali ini kami akan fokus pada persiapan-persiapan menyambut buah hati, insyaaAllah akan lahir pada bulan Juni mendatang. Nah, untuk itu kami akan melakukan persiapan-persiapan untuk menyambutnya.

Jati’s Firts Family Project
The Read Challage
Mulai dengan membuat plan ya Momies, bagi kami dahulukan ilmu sebelum beramal. Untuk menyambut buah hati yang paling penting adalah ilmu agar ketika bayi sudah lahir kita sudah tahu harus berbuat apa. Sebenarnya kemarin pengen sekali membeli buku tentang parenting (mendidik anak dengan fitrah) namun suami mengingatkan bahwa masih banyak buku-buku di rumah yang belum kami baca terutama kado pernikahan ya (terimakasih untuk kado-kado buku yang sangat bermanfaat, InsyaaAllah). Jadi merasa tertohok sama suami ditambah saat hamil ini saya jarang sekali membaca padahal dulu bisa dibilang doyan baca sih.
Alat dan Bahan                    : Buku Parenting dan Segala sesuatu tentang ASI
Penanggungjawab               : Bunda
Waktu pelaksanaan             : 30 Maret-1 April 2017 (bisa berlangsung terus menerus)
Durasi                                 : one day one articals
Bismillah, semoga bisa istiqomah hingga menjadi kebiasaan dikeluarga terutama besok jika si dedek sudah lahir.  Salah satu keinginan kami adalah mempunyai anak-anak yang gemar sekali membaca. Jadi mulai dari dalam janin harus sudah terbiasa dengan membaca. SEMANGAT Momies semua...

#TANTANGAN HARI KE1
#LEVEL 3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunSayIIP

Aliran Rasaku-Komunikasi Produktif

    


Alhamdulillah, akhirnya telah menyelesaikan tantangan 10 hari komunikasi positif. Huhuhu...jadi terharu walaupun agak keteteran untuk mendokumentasikannya setiap hari. Benar ya jika kita punya keinginan pasti ada jalan.
       Sedikit cerita mengenai komunikasi produktif, menurut apa yang sudah saya jalani selama 10 hari ini memang yang paling menguras emosi adalah komunikasi dengan pasangan. Apalagi kami baru satu tahun menikah. Sejak awal pernikahan memang butuh olah rasa untuk meredam emosi yang timbul. Bahkan waktu satu tahun masih terbilang baru banget ya Moms. Perbedaan pendapat dan pandangan bisa berujung pertengkaran jika kita tidak bisa mengatur pola komunikasi kita. Bahkan apa yang kelihatan sepele juga bisa memicu pertengkaran. Kami pernah cek cok gara-gara kerupuk atau mie maslah sepele pokoknya. Kadang saya tidak habis pikir kok ga boleh sih beli kerupuk. Ya begitulah Moms, memang tantangan sekali ya. Latar belakang keluarga dan lingkungan juga berpengaruh. Tantangan banget untuk menciptakan komunikasi produktif dengan pasangan. Kuncinya memang saling terbuka dan mau belajar. 
Sesuatu yang tidak mudah kita lakukan, bukan berarti menghalangi kita untuk tetap maju
       Selain komunikasi dengan pasangan, komunikasi dengan diri sendiri ini juga masih menjadi tantangan buat saya pribadi. Masih banyak yang harus diperbaiki terkait pola komunikasi ini. Saya sendiri harus terus belajar apalagi sebentar lagi ketambahan anggota baru di keluarga kecil kami. Jagoan kami akan segera lahir. Harus balajar lagi mengenai komunikasi dengan anak yang ternyata menguras emosi juga lo. Saya sudah pernah merasakannya ketika mengajar SD, dan bisa ditebak saat mengajar di kelas 3 saya sebagai wali kelas sering terbawa perasaan sering nangis di kamar mandi jika saya tidak bisa mengendalikan anak-anak yang sedang ramai. Saat itu saya belum mengikuti Institut  Ibu Profesional sehingga masih minim ilmu tentang komunikasi apalagi manajemen emosi yah. Semoga dengan bekal ilmu di komunikasi produktif ini bisa membatu komunikasi dengan anak-anak kelak. 
         Terakhir ilmu yang kita dapatkan akan semakin bermanfaat jika kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan kita tularkan minimal di lingkungan terkecil kita yaitu keluarga. Komunikasi ini menjadi kunci keluarga yang harmonis.Semangat terus buat Bunda yang akan tetap mempraktekan komunikasi produktif ini di kehidupan sehari-hari. 

#Aliran Rasa
#Bunda Sayang
#Komunikasi Produktif
#IIP


            

Tantangan hari kesepuluh-Komunikasi Produktif

Choose the right time

              Pilihlah waktu yang paling tepat ketika ingin menyampaikan suatu pesan, biasanya jika akan akan memberikan masukan kudu menunggu waktu yang pas dan situasi yang pas juga. Dulu awal-awal pernikahan saya kadang menyampaikan sesuatu disaat yang tidak tepat. Ketika suami pulang kerja saya sudah tidak sabar menyampaikannya padahal saya lupa jika suami sudah lelah seharian dengan pekerjaan kantor. Duh, kadang saya merasa bersalah. Berasal dari pengalaman itulah kemudain saya ambil jeda. Saya sudah punya SOP ketika suami pulang kerja. Pertama pasang senyum, sambut kedatangannya dengan senyuman. Lepaskan jaket maupun tas yang sedang dibawa dan tidak lupa berikan segelas air putih. Kadang masih belum konsisten. Dan ternyata cara tersebut ampuh juga lo, biasanya sembari melepas jaket suami sudah bercerita tentang kegiatan hari ini di kantor. hehe...Kalau sudah begitu saya akan mendengarkan dengan seksama.
        Seperti beberapa waktu yang ini  asa gimana begitu mau memberikan masukan atau menanyakan masukan ke suami tentang diri ini. Jadi ceritanya tanggal 7 Februari 2017 kemarin tepatnya satu tahun pernikahan kami. Alhamdulillah sekali, Allah banyak memberikan nikmatNya kepada kami. Nah, agar lebih bermakna saya ingin membuat evaluasi selama satu tahun ini bareng suami. Masih menunggu waktu yang tepat untuk memulai pembicaraannya. 

Siap memberi masukan, harus siap menerima masukan.

          Ini kadang yang masih sulit saya terima, masukan dari suami. Benar saya ketika ditanya kurang selama satu tahun bersama. Jawaban suami seputar urusan domestik. Yup, saya akui jika urusan domestik ini ternyata tidak mudah. kebersihan, kerapian dan  memasak. Istri macam apa saya mah, awalnya jika diberikan masukan saya ingin selalu menyanggah. Semacam melakukan pembelaan dirilah. Tapi lama-kelamaan saya harus bisa menerima saran dari suami demi kebaikan bersama. Kalu suami orangnya tho the point, langsung ke tujuan tanpa basa basi. Kalau saya sebaliknya menggunakan kalimat basa-basi dulu baru ke tujuan. 
            Masukan ke suami, sebenarnya suami sudah banyak melakukan perubahan termasuk menahan emosi jika marah, apalagi semenjak saya hamil saya jadi lebih sensitif. Perhatian pastinya, apalagi waktu sakit. Suami kurang apresiasi menurut saya jadi jika saya melakukan sesuatu suami kadang lupa memuji. Nah, saya kan jadi kurang semangat mau melakukannya lagi. Termasuk memasak, jika sering dapat apresiasi positif kan kita jadi semangat. hehe..
Ketika memberikan masukan dan menerima saran inilah kita sebaiknya perbanyak eye contact dengan pasangan, itu akan lebih menunjukkan rasa sayang. Kita memberikan masukan atas dasar sayang. 

#harikesepuluh
#tantangan 10 hari
#komunikasiprokutit
#kuliahbunsayiip

      

Tantangan hari kesembilan-Komunikasi Produktif

        Karena sempat vakum tidak menuliskan tantangan komunikasi produktif beberapa hari lalu sehingga pada akhirnya saya merasa sedikit keteteran. Alhamdulillah kondisi badan sudah mulai pulih kembali setelah dilanda radang tenggorokan yang lumayan cukup parah. Hari ini saya rangkum saja kejadian yang kami alami selama menjalani komunikasi produktif beberapa hari ini.
        Saya menyadari bahwa menikah itu menyatukan dua orang dengan kepribadian yang berbeda dan dibesarkan dengan cara yang berbeda sehingga otomatis dalam menjalani komunikasi tidak selama mulus-mulus saja. Pasti ada sedikit kerikil-kerikil tajam yang menghampiri. Begitu juga dengan keluarga kecil kami. Sedikit cek-cok pernah kami lalui, tapi alhamdulillah tidak sampai berlarut-larut. Semenjak menikah entah kenapa saya menjadi sangat sensitif sekali. Kadang saya tidak terima jika suami mulai memberikan masukan, serasa saya kok salah ya. Bisanya ujung-ujungnya saya hanya menangis saja. Saya merasa belum menjadi istri yang baik, sehingga jika ditegur serasa dunia ini berakhir ditambah lagi ketika hamil sensitifitas berlipat ganda.
      Beberapa hari ini saya tersadar oleh teguran suami kepada saya. Karena beberapa hari ini saya sedang sakit sehingga kondisi rumah agak berantak ditambah cucian yang menggunung. Saya ditegur suami karena menggunakan alasan sakit sebagai pembelaan saya. Awalnya memang saya agak kesal dengan teguran itu namun memang benar kata suami jika saya tidak boleh menggunakan alasan sakit karena sakit kan juga merupakan tanda kasih sayang Allah kepada kita. Dan yang paling menohok lagi adalah ketika suami sudah menggunakan sindiran halus untuk kita itu kok menurut saya yang paling jleb ya. Halus tapi menusuk. Saya banyak merenung hari ini, mungkin selama ini saya terlalu banyak menuntut suami bahkan punya banyak keinginan. Tanpa berpikir apa yang selama ini sudah saya berikan kepada suami saya.
      Bukan seberapa besar apa yang kamu dapat namun seberapa besar apa yang sudah kamu berikan. Berikan yang terbaik maka engkau akan mendapat yang terbaik. Semoga bisa selalu belajar untuk menjadi yang lebih baik lagi.

#hari kesembilan
#tantangan 10hari
#komunikasi produktif
#kuliahbunsayiip

         
          

Tantangan hari kedepalan-Komunikasi Produktif

Selasa,31 Januari 2017

         Sakit merupakan suatu tanda sayang sang Pencipta kepada makhlukNya. Dengan adanya sakit, kita akan lebih bersyukur tentang nikmat sehat. Setelah perjalanan ke Solo ternyata tubuh ini mulai tumbang. Awalnya hanya sedikit meriang dan tenggorakan agak sedikit sakit. Buat minum saja sakit apalagi menelan makanan. Akibatnya hari ini tidak bisa masak sarapan untuk suami. Ya Allah begitu besar nikmat sehat itu. Saat sakit saya selalu berusaha berkomunikasi dengan adek di dalam perut jika Bunda sedang sakit ya dek, saya yakin jika bayi di dalam kandungan sudah bisa mendengarkan Bunda dan Ayah nya.
        
          Ketika sedang sakit, perhatian pasangan akan menjadikan kekuatan tersendiri untuk bisa lekas sembuh. Yup, siang hari saat jam istirahat, suami pulang ke rumah hanya sekedar melihat kondisi saya yang sedang lemah. Benar kaidah 7-38-55. Kosa kata hanya menyumbangkan 7%, 38% intonasi suara, 55% bahasa tubuh. Yup, seperti suami saya yang tidak banyak berkata-kata namun saya bisa melihat dari bahasa tubuhnya jika memang saat itu suami sedang khawatir. Saat suami pulang saya serasa sudah baikan namun ketika suami berangkat lagi ke kantor tubuh ini mulai lemas kembali. Yah, apa ini namanya ya. Karena kekuatan cinta mungkin sehingga tubuh ini mengeluarkan energi cadangannya. 
          
#hari kedelapan
#tantangan 10 hari
#komunikasi produktif
#kuliahbusayiip

Tantangan hari ketujuh-Komunikasi Produktif

Senin, 30 Januari 2017


Pemilihan diksi  (kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya.

        Maafkeun saya yang pada akhirnya harus ada jeda dikarena ada beberapa kendala teknis. Kadang memang menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Pasalnya kadang secara spontan kata-kata seperti sulit, tidak bisa keluar begitu saja dari mulut ini. Yah, bagaimana lagi yang namanya tantangan memang harus dihadapi. Mulai dari sedikit-sedikit. Biasanya saat sesi curhat pada family forum apabila saya kedengaran menggunakan kata negatif seperti aku tidak bisa, sulit atau bahkan mengeluh. Suami sebagai polisi yang selalu mengingatkan untuk selalu menggunakan kalimat positif.
          Well, boleh saya akui jika komunikasi pada diri sendiri ini suami saya yang lebih jago daripada saya. Tetap harus memperbaiki diri terutama kominikasi pada diri sendiri. 


#hari ketujuh
#tantangan 10 hari
#komunikasi produktif
#kuliahbunsayiip

Tantangan Hari Keenam-Kuliah Bunda Sayang

Ahad, 29 Januari 2017



       Berkumpul dengan keluarga adalah rejeki yang tak ternilai harganya. Senangnya kali ini pulang ke Solo semua saudara berkumpul. Suami saya hanya dua bersaudara dan kakak suami sudah menikah dan mempunyai dua orang anak, satu perempuan dan bungsu laki-laki. Pada liburan imlek kali ini kami berkumpul bersama. Saya dapat merasakan aura kebahagiaan yang terpancar dari wajah kedua orangtua kami. 

    Bisa dibilang usia mereka sudah tidak muda laki. Ayah sudah pensiun sebagai guru PNS sedangkan Ibu sekarang usianya hampir 53 tahun dan sebentar lagi juga kan pensiun. Jika di hari-hari bisanya rumah terasa sepi. Hanya ada Ayah dan Ibu namun hari ini rumah terasa hidup karena ada cucu-cucu yang lucu. Semoga sebentar lagi akan bertambah keceriaan setelah lahir cucu yang ketiga. Aamiin.

    Oke, kali ini saya mengamati si kecil Nizam (1,5 tahun). Anak kakak yang paling kecil. Sudah dapat berjalan bahkan kerap berlari-lari kecil. Masih belum lancar berbicara, jadi masih seperti ocehan.

      Subuh, Nizam sudah terbangun dan langsung menunjuk ke arah TV. Ternyata jika di rumah sang ibu sering memutarkan televisi sehabis bangun. Wah, padahal menurut apa yang saya baca disebuah artikel. Bayi usia 0-2tahun memang benar-benar tidak boleh terpapar gadget termasuk televisi karena dapat mengganggu fungsi retina bahkan yang lebih para dapat membuat pertumbuhannya terganggu. 
       Saya mengambil pelajaran bahwa bayi itu dapat belajar, jika sesuatu itu dilakukan terus-menerus dia akan menjadi terbiasa. 

     Nasya, 9 tahun. Suka sekali dengan sinetron india yang ditayangkan salah satu stasiun TV. Padahal dilayar sudah jelas bahwa tayangan tersebut untuk usia 13th +. Beberapa kali saya dan suami melihat bagaimana kakak berbicara pada anak-anaknya bahkan sambil berteriak karena si bungsu beberpa kali ingin memegang colokan kabel. Dan menggunakan banyak sekali kata jangan. Lalu suami pun berbisik kepada saya besok jika sama anak, kita jangan berteriak-teriak ya. Dan meminimalisir kata jangan kalau bisa ganti dengan kalimat positif. Oke, setuju mas. :)

       Saya dan suami juga memutuskan untuk tidak memiliki Televisi di rumah. Karena memang lebih banyak Mudhorotnya daripada maslahat. sehingga kami memutuskan sementara tidak memiliki televisi. Disamping itu saya juga termasuk orang yang sangat senang menonton infotaiment sehingga sangat bahaya jika saya mempunyai televisi di rumah.

      Bagi kami, pendidikan anak dimulai sedini mungkin bahkan bisa jadi sejak dalam kandungan. Sering sekali kami berdiskusi tentang grand desain pendidikan anak.


#hari keenam
#tantangan 10 hari
#komunikasi produktif
# kuliahbunsayiip







Perjalanan jauh selama hamil, amankah?

      Oke kali ini saya akan berbagi cerita mengenai pengalaman saya melalukan perjalanan jauh selama kehamilan.
      Alhamdulillah saya diberikan kesempatan Allah untuk dapat mengandung. Ini kehamilan saya yang pertama. Bulan September saya dinyatakan hamil. Kemudian pada bulan November (usia kndungan 2 bulan) kami pulang ke Solo dengan menggunakan kereta api. Rencananya kami pulang untuk mengurus surat KK dan KTP yang belum diganti selama menikah.   
      Mungkin bagi anda, para Ibu muda yang sedang hamil apalagi kehamilan yang pertama akan merasa was-was sekali jika melakukan perjalanan jauh. Seperti masih takut karena kandungan masih terbilang diusia muda. Awalnya saya juga merasa apa yang Bunda rasakan. Agak was-was apalagi ini kehamilan yang sudah ditunggu-tunggu. Saya menikah sudah delapan bulan sehingga ingin sekali mendabakan seorang anak. Alhamdulillah Allah percaya dengan memberikan kehamilan sehingga harus dijaga dengan baik-baik. 
     Amankah perjalanan jauh ketika hamil muda? 
   Pertama yang harus dilakukan Bunda adalah konsultasi dengan Bidan maupun dengan Dokter Obsgyn. Jika selama ini kandungan baik-baik saja tidak ada keluhan flek maupun yang lain. InsyaaAllah bisa melakukan perjalanan.
   Kedua, pilihlah kendaraan yang nyaman ketika melakukan perjalanan jauh. Bisa menggunakan kereta api maupun mobil pribadi. Perhatikan rute perjalanan juga ya Bunda. Saya usia kehamilan dua bulan ke Solo naik kereta api dan saat usia kehamilan empat bulan pulang ke Grobogan naik bus. Alhamdulillah walaupun goncangan tetap ada namun kandungan baik-baik saja. Paling kalau saya sedikit kaki bengkak dan pegel-pegel. Oiya setahu saya jika hamil muda pasti sangat rawan jika menggunakan pesawat karena guncangannya yang sangat besar. 
   Ketiga, jangan lupa Bunda membawa obat-obatan pribadi seperti minyak kayu putih maupun minyak angin. Bisa jadi dipejalanan Bunda merasa tidak enak badan.
   Keempat, karena sedang hamil Bunda siap sedia cemilan maupun makanan ya. Soalnya biasaya suka lapar setelah bangun tidur. 
   Kelima, minum banyak air putih agar tidak dehidrasi. Dan terakhir tetap positif thingking ya Bunda, agar perjalanan lancar. Saya juga begitu ketika ingin melakukan perjalanan jauh saya harus yakin jika saya dan dedek bayi bisa. Biasanya seelum berangkat saya ajak bicara dedek jika kita akan melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan kereta. Maaf ya dek, mungkin akan ada sedikit guncangan. Jangan lupa tetep berdo'a ya Bun. Semoga perjalanan Bunda berjalan lancar dan selamat sampai tujuan. Have a Nice trip.



Tantangan Hari kelima-Komunikasi Produktif

Solo, Sabtu, 28 Januari 2017

Tantangan Komunikasi dengan Mama Mertua

Maafkeun saya yang baru sempat memposting tentang Tantangan 10 hari ini, apadaya ternyata tubuh sudah tidak kuat semalam dan dedek juga sedang aktif-aktifnya menendang. Bisa jadi karena kelelahan akibat perjalanan jauh.
Let's begin the story.
Dihari kelima ini saya memiliki tantangan yang selama ini masih belum terlewati yaitu komunikasi dengan mama mertua. Huhuhu...
Saat di Solo, waktu mengobrol dengan ibu bapak, kami sudah ditodong dengan pertanyaan bagaimana sudah dapat rumah apa belum?
Sejak pindah ke Bandung, mertua sudah memberikan kode untuk segera mencari rumah. Namun, semenjak saya hamil. Perhatian suami lebih ditujukan kepada saya, ditambahan beberapa hari yang lalu atasan suami terkena stroke sehingga harus dirawat di Rumah Sakit untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Akibatnya beban kerja suami meningkat sehingga waktu yang diginukan untuk survei pun berkurang. 
Dengan perlahan suami menyampaikan alasan mengapa belum menemukan rumah yang pas, termasuk pertimbangan kami dalam memilih rumah salah satunya adalah tetanggga. Kami memang sering mengobrol tentang rumah impian. Saya dan suami sudah sepakat jika hal yang terpenting ketika memilih rumah adalah tetangga dan lingkungan. Kami memilih tinggal di lingkungan perkampungan saja daripada perumahan. Seperti Rasulullah yang lebih senang tinggal di lingkungan duafa sehingga dengan begitu kita akan selalu bersyukur dengan rejeki yang diberikan Allah. Suami  juga pengennya rumah yang punya halaman luas dan dekat dengan sawah. Hmmm....kalau yang ini saya belum menemukan sawah di Bandung kecuali di daerah yang agak pinggir. Memang alternatifnya kami mencari rumah di daerah pinggiran Bandung karena harga tanah yang relatif agak murah bila dibandingkan dengan di pusat kota Bandung. Harga rumahnya sudah selangit.
Wanti-wanti dari orangtua untuk segera mencari rumah karena semakin lama harga rumah akan semakin tinggi. Saya juga disuruh untuk mengingatkan suami agar segera mencari rumah. Saya iyakan sajalah. Selama ini saya tidak berani memaksa suami untuk cepat-cepat mencari rumah karena saya tahu jika suami juga perlu istirahat.
Tantangan komunikasi dengan Mama Mertua itu sesuatu sekali. Mama mertua sejak awal menikah selalu meminta saya agar bekerja walaupun nanti jika sudah anak lahir. Namun saya dan suami sudah sering membahas hal tersebut. Pertimbangan Mama adalah dengan bekerja istri akan mempunyai uang sendiri yang bisa digunakan untuk kebutuhan diri sendiri maupun anak. Sehingga jika perlu apa-apa bisa memakai uang sendiri tidak harus meminta ke suami. Karena biasanya suami punya pertimbangan yang puanjang sehingga tidak langsung bisa terpenuhi.
Sebenarnya saya ingin mengatakan jika hal tersebut sudah dibicarakan dan memang hasil keputusannya adalah saya tetap di rumah menjaga anak-anak. Namun bibir ini kelu untuk mengungkapkannya. Rasanya belum berani begitu bilang yang sebenarnya ke Mama mertua.  Padahal Mama orangnya baik ko, tapi saya nya saja yang terlalu sungkan.Tantangan saya belum lulus masalah ini. Saya iyakan saja waktu itu.
Mudah-mudahan semakin lancar saja komunikasi saya dengan mertua, karena selama ini saya belum bisa lepas ngobrolnya dengan mertua. 

#harikelima
#tantangan10hari
#komunikasi produktif
#kuliahbunsayiip

Tantanga Hari keempat-Komunikasi Produktif



saat berada di dalam bus Bandung Ekspres

        Pernikahan adalah Ta'aruf sepanjang waktu. Salim A. Fillah


          Begitulah pernikahan melakukan perjalanan pulang ke Solo. Lain dari biasanya kami memilih menggunakan bus karena memang tiket kereta habis tinggal yang mahal aja. Jadilah kita naik bus Bandung Ekspres. Bus berangkat pukul 17.30 sehingga kami harus sampai lokasi sebelum jam tersebut. Naik bus dari Bandung bukanlah hal yang pertama bagi kami, beberapa waktu yang lalu kami juga pulang ke Grobogan dengan bus karena di sana tidak dilalui jalur kereta. Bus dan kereta sama-sama enaknya menurut saya. Kalau naik bus ini biayanya lebih murah bila dibandingkan dengan naik kereta.
         Jadilah sesi ngobrol kita malam ini di bus. Tidak banyak yang kami bicarakan di dalam bus, kebanyakan adalah barang-barang yang kami bawa sudah semua terangkut atau malah ada yang tertinggal. Saya akui jika kepulangan kali ini persiapannya lumayan mepet, saya sendiri dikejar banyak deadline tugas. Maklumlah saya dari dulu masih menganut sistem SKS (sistem Kebut semalam) masih mengandalkan the power of kepepet. Saya sadar jika hal tersebut tidak baik, karena apapun jika terencana jauh lebih baik daripada yang mepet-mepet. Sampai kita hanya membeli oleh-oleh cireng untuk orangtua kami.

      Sejak hamil, Alhamdulillah si adek sudah beberapa kali perjalanan jauh. Mulai dari naik kereta, bus maupun motor. Si Adek alhamdulillah selama ini sehat wal afiat.
Waaa...baru sempat posting karena lumayan capek banget setelah perjalanan panjang di bus, kaki jadi bengkak-bengkak. Sampai Solo sudah tepar duluan.  Semenjak hamil jika perjalanan jauh pasti kaki saya pada bengkak. Hal ini memang wajar karena posisi kaki yang menggantung ke bawah namun hal tersebut akan kembali keadaan semula. Apalagi sudah kumpul dengan keluarga. 



#hari keempat
#tantangan 10 hari
#komunikasipriduktif
#kuliahbunsayiip

Tantangan Hari Ketiga-Komunikasi Produktif (Kuliah Bunda Sayang)



sumber gambar: Google




      Horeeee....sudah memasuki hari ketiga, diposting saya sebelumnya dan kedepan memang akan lebih fokus pada komunikasi saya dengan suami. InsyaaAllah tahun ini keluarga kecil saya akan bertambah personel. Sehingga bisa mempraktekkan komunikasi dengan anak. Yeeeay...


      Hari ini sengaja posting pagi hari karena hari ini agenda saya cukup padat termasuk persiapan pulang ke Solo. Sehingga mau tidak mau harus menulis sekarang agar tidak keteteran. 

      Sebenarnya saya dan suami kadang tidak hanya mengobrol pada saat makan malam saja namun kegiatan seperti sarapan juga tidak luput dengan obrolan saya dan suami, keluarga kami memang menganut paham dimana saat makan itu kita boleh mengobrol (tapi memang setelah tidak akan makanan di mulut ya) agar tidak tersedak. Obrolan kami malam ini seputar agenda yang saya ikuti siang tadi. Acara Nova Inspiring Day berikut cerita saya menuju ke lokasi. Saya merupakan orang baru yang tinggal di Bandung, baru Juli pindahan. Sejak awal di Bandung, suami belum membolehkan saya pergi sendiri (baik naik angkot maupun naik motor sendiri) katanya masih suka khawatir kalau saya kesasar. Apalagi jalan Bandung yang agak sedikit rumit. Tapi sejak beberapa bulan yang lalu saya sudah diperbolehkan naik motor sendiri walau kondisi sedang hamil. Seperti acara Nova kemarin yang berlokasi di Graha Pos Indonesia. Suami saya sebelumnya telah menunjukkan langsung bagaimana jalan sampai ke lokasi tujuan beserta jalan pulang. Tugas saya adalah meengingat dengan baik jalan tersebut sehingga bisa sampai dengan selamat tanpa nyasar. Hehe

     Kemarin itu kok ya, jalan di depan Gedung Sate ditutup, padahal suami kemarin lewat situ. Yasudah deh, ikut jalan aja. Allah itu Maha Baik kok ya saya ketemu dengan Ibu-Ibu yang pakaian nya sama merah-merah. Saya langsung mengikuti si Ibu, bahkan ketika ibunya salah jalan. Akhirnya sampai juga. Bener lo, kalau kita yakin pasti Allah akan menolong..Pulangnya gimana? Awalnya agak takut juga, tapi yakin aja nanti juga sampe. Dan benaar lo, saya bisa sampai ke rumah tanpa kesasar dan tanpa melihat google maps. 

     Waktu saya cerita, suami hanya tersenyum saja. Kadang saya jika sedang banyak kerjaan, suka mengeluh ke suami. Biasanya suami langsung ngingetin. Apalagi jika saya menggunakan kalimat negatif pasti langsung dibenerin pakai kalimat positif. Sepertinya memang saya punya PR komunikasi dengan diri senidiri. Masih sering menggunakan kata negatif,



Kalau habis seminar maupun ikut kajian selalu suami menanyakan tadi dapat apa di sana. Kemudian saya akan menceikan apa saja yang saya dapatkan termasuk bertemu dengan orang-orang baru di lokasi. Yang membuat saya bahagia adalah suami selalu mendengarkan saya dengan antusias. 






#hariketiga#TANTANGAN10HARI#KOMUNIKASI PRODUKTIF#KULIAHBUNDASAYIIP









Tantangan Hari Kedua-Komunikasi Produktif

Hari Kedua,
Memang bisa dibilang konsisten itu merupakan tantangan tersendiri (mau ngomong berat tapi kita harus mengubah kata berat menjadi tantangan biar lebih semangat). Akhirnya bisa memegang laptop disela sela kegiatan memasak tempe goreng. Semoga tempeya tidak gosong. hehe.
Takut kalau tidak segera dituliskan nanti malah lupa dan menumpuk dengan tugas lain dan pada akhirnya malah tidak tersentuh sama sekali.
Bisa dibilang komunikasi saya dengan suami selama ini berjalan lancar walaupun terkadang saya sebagai wanita ingin dimengerti walau tanpa kata. Mana bisa coba, suami kita kan bukan paranormal yang bisa mengetahui isi hati. Saya dari awal nikah juga berpikiran seperti itu kalau kita tidak mengungkapkan pada suami mana bisa dia tahu, yang ada malah kita dongkol sendiri karena suami tidak peka. Dalam hubungan suami-istri kita harus mengesampingkan gengsi, jika salah ya minta maaf begitu sebaliknya. 
Malam ini suami pulang agak telat biasanya pukul 17.00 WIB sudah sampai rumah namun sore ini suami ada rapat Ramadhan sehingga pulang agak telat. Baru sekitar 18.30 WIB sampai di rumah. Malam ini saya kurang enak badan sehingga tidak bisa memasak makan malam, 
Ba'da maghrib kami mulai bercengkrama melepas rindu seharian tak bertemu. Obrolan kita saya buka dengan sebuah kisah pada saat di TPA. 
"Pada saat akan memulai kegiatan belajar tiba-tiba muncullan Ibu Muda yang langsung menarik tangan Yoga (Ogah) sambil diseret keluar. Saya dan anak-anak yang lain kaget bukan kepalang. Untungnya saat itu Bu Edi berdialog dengan Ibu Muda tersebut dan meminta agar Yoga mengaji terlebih dahulu. Ternyata muasal kenapa Ibu tersebut melakukan hal tersebut adalah Yaga mengganggu putrinya sehingga menangis. Dan memang selama ini yang saya amati Yoga ini memang sering mengganggu temannya hingga menangis."
Mulailah diskusi mengenai kejadian tersebut, kami menyimpulkan jika Yoga siapapun anak-anak yang memiliki perilaku kasar tidak terlepas dengan peran orangtua. Jadi ingat kuliah matrikulasi IIP jika anak-anak itu mempunyai fitrah baik, orang tualah yang menjadikan anak-anak jauh dari fitrahnya.Dan biasanya jika sudah membahas seperti ini kami bisa merembes pada pola asuh untuk anak-anak kelak.
Tema obrolan kami bisa dibilang random, jadi suka suka kita yang penting kita bisa bertukar cerita. Setelah membahas anak TPA biasanya suami akan menceritakan kegiatan hari ini di kantor. Rapat panitia Ramadhan berjalan lancar namun ada beberapa masukan dari rekan rekan yang lain. Bahkan ada saran yang membuat suami saya sampai kepikiran terus. Ya, memang apa yang kita lakukan pasti menuai pro dan kontra. Bahkan kita tidak bisa memenuhi keinganan setiap orang.
Obralan kita ditutup setelah adzan isya' berkumandang. Karena tidak memasak dan sedang tidak enak badan suami mengajak makan di luar. Yeaaay...makan mie ramen.

Komunikas yang hangat membuat keluarga kita semakin dekat, semoga obrolan ringan dan hangat ini bisa menjadi budaya di keluarga kami.

#harikedua
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayiip

Tantangan 10 Hari-Kominukasi Produktif (Kuliah Bunda Sayang-1)

http://hariannetral.com/2014/11/definisi-dan-pengertian-komunikasi-apa-itu-komunikasi.html
Komunikasi produktif, tantangan bulan pertama di kelas Bunda Sayang kali ini adalah membuat Family Forum. Hmmm, saya agak sedikit tersenyum dengan tantangan pertama ini. Sedikit bercerita sejak awal pernikahan kami membuat beberapa kesepakatan salah satunya adalah agenda keluarga termasuk makan malam bersama sambil cerita kegiatan hari ini. Untuk kegiatan makan malam di keluarga kami akan rutin diadakan setiap ba’da sholat maghrib sembari bercerita tentang kegiatan yang dilakukan hari ini. Kami berharap kegiatan seperti ini akan menjadi budaya keluarga pada nantinya. Makan malam yang hangat dengan canda tawa.
Ada yang bilang jika menikah dengan sahabat itu menyenangkan dan saya bisa bilang memang iya. Karena kita sudah kenal satu sama lain walaupun tetap masih perlu mengenal lebih dalam. Kami sudah bisa membuat komunikasi yang baik. Apalagi saya yang tipenya suka cerita dan suami yang lebih suka mendengarkan. Klop kan?
Untuk tantangan hari pertama, kami memulai family forum sehabis makan malam bersama. Diskusi kali ini, temanya yang menentukan suami karena berdekatan dengan Rapat Panita kegiatan Ramdahan 1438H dimana suami saya mendapatkan amanah sebagai koordinator panitia. Saya senang sekali dilibatkan memekirkan konsep acara Ramdahan. Jadi saya menjadi seseorang yang sangat penting. Hehehe..
Sebelum dibawa ke forum resmi, malam ini akan kami diskusikan bersama mengenai konsep Ramadhan. Beberapa kali mungkin karena saya terlalu bersemangat sehingga ketika suami belum selesai berbicara saya selalu menimpali. Ups, maaf ya mas. Diskusinya berjalan seru, jadi seperti mengenang kembali saat kita rapat organisasi bersama bedanya sekarang kita sudah menjadi suami-istri. J
Hasil diskusi malam ini, akan disampaikan besok sore ketika rapat menentukan konsep acara Ramadhan. Kata suami setidaknya suami sudah punya konsep dulu ketika akan diajukan ke rapat. Hoooo, jadi terharu saya.
#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayiip


Catatan Kehamilanku-Bulan kelima

USG usia kehamilan 20w4d

Hari ini saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman pertama saya menggunakan fasilitas BPJS untuk memeriksakan kandungan. Ceritanya kemarin kami (saya dan suami) iseng memeriksakan kandungan dengan fasilitas BPJS dari kantor suami (PT Dirgantara Indonesia) sebenarnya sudah lama dapat kartu BPJSnya tapi baru akan digunakan kali ini. Saya pernah bertukar cerita dengan salah satu istri yang suaminya juga bekerja di PT DI. Biasanya mbaknya menggunakan kartu BPJS untuk memeriksakan kandungan di RS DUSTIRA Cimahi.
Nah, biasanya saya dan suami rutin memeriksakan kandungan ke Bidan Hendro yang notabene dekat dengan rumah. Tapi memang dari awal kami sepakat setiap trimester USG sekali, karena ini sudah memasuki minggu ke20 (trimester 2) maka jadwalnya USG.
Seperti biasa suami menggunakan izin atasan untuk menemani saya USG. Pertama kami meminta rujukan FAKES 1, klinik PT DI karena memang di sana tidak ada dokteR Obgyn. Dari klinik PT DI kami mendapat surat rujukan yang kemudian diberikan stampel KONTRAKTOR. Sebenarnya kami agak sedikit bingung dengan cap tersebut. Kami mantap memilih RS Dustira sebagai tujuan rujukan ketika ditanya. Sebagai informasi RS Dustira ini terletak di daerah Cimahi, Rumah Sakit ini dekat dengan markas TNI. Oke, setelah itu kami langsung menuju ke RS yang dituju. Sesampainya disana betapa terkejutnya saya dan suami karena puanjangnya antrian. Kami seperti orang yang kebingungan karena benar-benar tidak tahu apa yang harus kami lakukan, akhirnya suami mengambil nomor antrian. Kalian tahu kami dapat antrian nomor berapa? Ya sudah 600an padahal saat itu yang dipanggil baru 400an.  Dengan perasaan sedikit dongkol, sampai saya sedikit ditegur oleh suami. Iya sih, memang saya juga salah karena posisinya kami memang sama sama tidak tahu. Mana sebelah saya nenek yang dari tadi ngajak cerita terus. Nek, maaf ya saya sedang tidak enak hati (dalam hati saya).
Saya sadar ini pasti ada kekeliruan tidak seharusnya kami mengantri di jalur BPJS ini, saya ingat cerita teman jika dari PT DI dapat loket khusus sehingga berbeda dengan jalur biasa. Oke, kemudian saya chat mbak Gati menanyakan tentang jalur khusus tersebut. Alhamdulillah setelah bersabar cukup lama Mbak Gati sms jika loket khusus tersebut loket no 14. Akhirnya kami cus langsung menuju loket 14. Ternyata memang berbeda loket dengan BPJS biasa jika BPJS PT DI sama seperti pasien umum. Alhamdulillah ya ALLAH kesabaran selalu berakhir bahagia. Kemudian daftar pasien baru dengan membayar uang Rp 10.000 untuk administrasi dan langsung menuju klinik Kebidanan (Obsgyn).
Kalian pasti tahu kalau ke Obsgyn selalu antri lama padahal waktu di dalam diperiksanya hanya sebentar saja. Mungkin saya yang kurang aktif bertanya atau gimana ya. Dua kali saya ke Obsgyn dan dua-duanya jika diperiksa cuma sebentar. Alhamdulillah hasil pemeriksaan USG dedek bayi sehat dan normal bahkan sudah bergerak-gerak. Suami malah agak kaget waktu lihat USG bayinya bergerak. Tapi di RS Dustira saya puas sekali walaupun saya menggunkan BPJS ternyata waktu diresepin obat sama dokternya dikasih obat yang bagus (Folamil Genio dan Cal 95). Padahal ya kalau saya searching harga kedua obat itu bisa mencapai 300an dan itu saya dapatkan gratis dengan BPJS.
Jadi jika suami kalian dari PT DI, dan ingin memeriksakan kandungan ke RS Dustira. Beginilah urutannya. Pertama mintalah rujukan dari klinik PT DI ke rumah sakit yang dituju. Kedua, kalian akan dapat surat rujukan yang mana akan distampel KOTRAKTOR. Ketiga, sesampainya di RS DUSTIRA kalian langsung saja menuju ke loket 14 (loket khusus kontraktor, pasien umum). Keempat, daftar pasien baru dengan mengisi fomulir dan membayar uang administrasi Rp 10.000,-. Kelima, kalian akan mendapat kartu dan menuju ke poli kandungan (Obsgyn). Selesai.
Nb. Jika kandungan normal (tidak ada masalah dan riwayat keguguran) bisa meminta rujukan ke RS DUSTIRA. Namun, jika kehamilan tidak normal bisa ke RS Hasan Sadikin ataupun RS Hermina.

Semoga bermanfaat bagi ibu-ibu yang suaminya juga bekerja di PT DI. J




MentariPagi. Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Cari Blog Ini

Blogger templates

Photobucket

Advertisement

Pages - Menu