NHW3 #Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah


Nah, ternyata kita sudah memasuki pekan ketiga Matrikulasi IIP, menurut saya tugas kali lumayan sulit, ditambah dengan ujian Bahasa Arab sehingga belum sempat mengerjakan tugas NHW3 ini. Ditambah lagi sering mabok setiap hari membuat semakin rumit. Perlu manajemen waktu yang lebih baik lagi. Ups, maaf sedikit curcol ya.
Well, seperti biasanya sebelum NHW3 disampaiakan pengantar materi pekan ini. Materi yang luar biasa. Pertama kita cek dulu benih benih kekecewaan pada orangtua kita mungkin saja menginggalkan rasa marah di dalam jiwa ketika dulu mengasuh kita sewaktu kecil. Dulu pertanyaan pertanyaan ini sering muncul dalam diri. Kenapa saya dilahirkan dari pasangan Bapak dan Ibu kenapa tidak yang lain? Kenapa sih Bapak seperti itu? Kenapa sih Ibu melakukan hal tersebut? Sering itu berngiang ngiang dikepalaku sejak SMA dan sempat muncul kemarahan dengan orangtua. Mungkin pas zaman masih labil kali ya sehingga hati dan jiwa masih bergejolak. Namun setelah menempuh kuliah di Jogja yang otomatis jauh dari orangtua perlahan lahan pertanyaan pertanyaan tersebut menemukan jalan terang. Setelah belajar islam lebih dalam banyak mendekatkan diri pada Ilahi. Rasa kemarahan itu sudah hilang insyaaAllah malah sekarang saya jauh lebih sayang kepada kedua orangtua saya. Dan bersyukur memunyai orangtua seperti mereka. Ternyata sekarang saya menyadari bahwa Bapak adalah Bapak terbaik sedunia dan Ibu adalah Ibu terbaik sedunia. Melalui merekalah saya hadir di dunia ini. Kalau kita sudah selesai dengan masalah sama orang tua, kita bisa mendidik anak dengan baik kelak.
Orang yang belum selesai dengan masa lalunya, akan menyisakan banyak luka ketika mendidik anaknya kelak. –Tim IIP

   "Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki “alasan kuat” bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda. Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami."

Sebenarnya kalau nulis surat ini keduanya kalinya dulu waktu pertama nulis surat cinta untuk beliau sehabis lebaran dan pindahan ke Bandung. Respon suami, saya paksa tulis surat cinta balasan. Wow ternyata tak kalah romantis jawabannya. Hehe.
 Tapi kali ini lain, harus menunggu momen yang pas buat memberikannya karena ada beberapa hal. Surat cinta sudah selesai dibuat kebanyakan sih ucapan maaf karena sering membuat suami mengelus dada dan mengingatkan kembali visi keluarga yang pernah dibahas sebelum nikah. Surat sudah ditulis dan saya selipkan dilaci tempat beliau meletakan dompet. Respon suami setelah membaca surat tersebut suami saya seperti biasa tidak mengungkapkan melalui kata-kata, memang tipe suami saya seperti itu. Beliau hanya memberikan isyarat senyuman, pelukan dan sebuah kecupan mesra di kening. Senyuman yang memberi isyarat bahwa beliau akan bertanggungjawab penuh dengan amanah yang akan diembannya.

" Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing."

Saat ini kami belum memiliki anak, insyaaAllah tahun depan Allah memberikan kepercayaan kepada kami untuk memiliknya. Saat ini saya tengah mengandung 9 minggu, semoga lancar hingga persalinan kelak. Aamiin.

     "Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. Kemudian tengok kembali anak dan suami silakan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal potensi yang anda miliki."

Tentang potensi diri, sebenarnya sejak lama saya mencari-cari apa gerangan potensi yang ada di dalam diri saya. Apakah misi spesifik hidup saya? Passion apa yang saya miliki. Berbicara mengenai passion ternyata banyak sekali yang menjadi minat saya mulai dari kerajinan tangan hingga anak-anak. Kemudian saya menanyakan kepada suami saya apakah potensi diri yang saya miliki. Hmm.... Okelah, saya punya kecintaan terhadap anak-anak. Hal inilah yang mengantarkan saya untuk menjadi salah satu guru di salah satu sekolah islam terpadu. Niat awal saya sih memang murni karena saya cinta terhadap anak-anak dan membekali diri dengan ilmu pendidikan anak dengan praktik langsung. Kata suami saya, inilah potensi besar yang saya miliki. Alhamdulillah sekarang juga aktif mengajar TPA anak-anak. Kalau mengajar anak-anak itu membuat saya bahagia. Beberapa waktu yang lalu saya juga mencoba talent maping, dan hasilnya saya memang tipe orang yang Care, Cominitation, Server. Saya memang paling suka dengan kegiatan-kegiatan sosial bahkan ibu saya sering ngomel karena biasanya yang kegiatann sosial ini tidak ada bayarannya, namun saya menemukan kepuasan tersendiri bisa menolong dan membantu. Saya juga paling suka mendengarkan orang bercerita maupun mengobrol dengan orang lain. Mungkin ke depannya saya bisa aktif di salah satu organisasi sosial.
Sifat saya dan suami saya sebenarnya jika ditelaah lebih dalam adalah saling melengkapi. Pola didikan orangtua pun teryata jauh berbeda. Keluarga suami lebih menanamkan kedisiplinan kalau keluarga saya lebih menanamkan komunikasi yang hangat dan terbuka. Mungkin memang didikan orangtua memang seperti itu berbeda dengan suami, saya orang yang santai banget suami itu kadang panikan dan teliti sampai detail. Kalau saya mah, beli ya beli saya tapi kalau suami sampai di cek detailnya. OOO...mungkin ini maksud Allah membuat kita berjodoh, agar saling melengkapi. Agar nantinya ketika mendidik anak jadi perpaduan yang baik.
Ingat lagi ya, bahwa Allah mempertemukan kita dengan suami bukanlah tanpa alasan, temukan rahasia Allah tersebut menjadi misi spesifik keluarga kita.

"Lihatlah lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? Adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini"

Alhamdulillah di Bandung, saya dan suami tinggal di daerah perkotaan, dengan lingkungan yang kondusif dekat dengan masjid dan memiliki ibu kontrakan dan tetangga yang baik. Sebenarnya saat pertama kali datang ke Bandung muncul pikiran “kegiatan positif apa yang bisa saya lakukan di sini”. Masih terus observasi sampai saat ini, disini sebenarnya banyak anak-anak kecil dan ibu-ibu muda yang sebenarnya saya bisa berbagi ilmu dengan mereka terkait masalah edukasi ASI dl. Tapi karena masih tergolong penduduk baru sehingga sampai saat ini masih terus beradabtasi.


Bandung, 7 November 2016 

0 komentar:

Posting Komentar

MentariPagi. Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Cari Blog Ini

Blogger templates

Photobucket

Advertisement

Pages - Menu