Aliran Rasaku-Komunikasi Produktif

    


Alhamdulillah, akhirnya telah menyelesaikan tantangan 10 hari komunikasi positif. Huhuhu...jadi terharu walaupun agak keteteran untuk mendokumentasikannya setiap hari. Benar ya jika kita punya keinginan pasti ada jalan.
       Sedikit cerita mengenai komunikasi produktif, menurut apa yang sudah saya jalani selama 10 hari ini memang yang paling menguras emosi adalah komunikasi dengan pasangan. Apalagi kami baru satu tahun menikah. Sejak awal pernikahan memang butuh olah rasa untuk meredam emosi yang timbul. Bahkan waktu satu tahun masih terbilang baru banget ya Moms. Perbedaan pendapat dan pandangan bisa berujung pertengkaran jika kita tidak bisa mengatur pola komunikasi kita. Bahkan apa yang kelihatan sepele juga bisa memicu pertengkaran. Kami pernah cek cok gara-gara kerupuk atau mie maslah sepele pokoknya. Kadang saya tidak habis pikir kok ga boleh sih beli kerupuk. Ya begitulah Moms, memang tantangan sekali ya. Latar belakang keluarga dan lingkungan juga berpengaruh. Tantangan banget untuk menciptakan komunikasi produktif dengan pasangan. Kuncinya memang saling terbuka dan mau belajar. 
Sesuatu yang tidak mudah kita lakukan, bukan berarti menghalangi kita untuk tetap maju
       Selain komunikasi dengan pasangan, komunikasi dengan diri sendiri ini juga masih menjadi tantangan buat saya pribadi. Masih banyak yang harus diperbaiki terkait pola komunikasi ini. Saya sendiri harus terus belajar apalagi sebentar lagi ketambahan anggota baru di keluarga kecil kami. Jagoan kami akan segera lahir. Harus balajar lagi mengenai komunikasi dengan anak yang ternyata menguras emosi juga lo. Saya sudah pernah merasakannya ketika mengajar SD, dan bisa ditebak saat mengajar di kelas 3 saya sebagai wali kelas sering terbawa perasaan sering nangis di kamar mandi jika saya tidak bisa mengendalikan anak-anak yang sedang ramai. Saat itu saya belum mengikuti Institut  Ibu Profesional sehingga masih minim ilmu tentang komunikasi apalagi manajemen emosi yah. Semoga dengan bekal ilmu di komunikasi produktif ini bisa membatu komunikasi dengan anak-anak kelak. 
         Terakhir ilmu yang kita dapatkan akan semakin bermanfaat jika kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan kita tularkan minimal di lingkungan terkecil kita yaitu keluarga. Komunikasi ini menjadi kunci keluarga yang harmonis.Semangat terus buat Bunda yang akan tetap mempraktekan komunikasi produktif ini di kehidupan sehari-hari. 

#Aliran Rasa
#Bunda Sayang
#Komunikasi Produktif
#IIP


            

Tantangan hari kesepuluh-Komunikasi Produktif

Choose the right time

              Pilihlah waktu yang paling tepat ketika ingin menyampaikan suatu pesan, biasanya jika akan akan memberikan masukan kudu menunggu waktu yang pas dan situasi yang pas juga. Dulu awal-awal pernikahan saya kadang menyampaikan sesuatu disaat yang tidak tepat. Ketika suami pulang kerja saya sudah tidak sabar menyampaikannya padahal saya lupa jika suami sudah lelah seharian dengan pekerjaan kantor. Duh, kadang saya merasa bersalah. Berasal dari pengalaman itulah kemudain saya ambil jeda. Saya sudah punya SOP ketika suami pulang kerja. Pertama pasang senyum, sambut kedatangannya dengan senyuman. Lepaskan jaket maupun tas yang sedang dibawa dan tidak lupa berikan segelas air putih. Kadang masih belum konsisten. Dan ternyata cara tersebut ampuh juga lo, biasanya sembari melepas jaket suami sudah bercerita tentang kegiatan hari ini di kantor. hehe...Kalau sudah begitu saya akan mendengarkan dengan seksama.
        Seperti beberapa waktu yang ini  asa gimana begitu mau memberikan masukan atau menanyakan masukan ke suami tentang diri ini. Jadi ceritanya tanggal 7 Februari 2017 kemarin tepatnya satu tahun pernikahan kami. Alhamdulillah sekali, Allah banyak memberikan nikmatNya kepada kami. Nah, agar lebih bermakna saya ingin membuat evaluasi selama satu tahun ini bareng suami. Masih menunggu waktu yang tepat untuk memulai pembicaraannya. 

Siap memberi masukan, harus siap menerima masukan.

          Ini kadang yang masih sulit saya terima, masukan dari suami. Benar saya ketika ditanya kurang selama satu tahun bersama. Jawaban suami seputar urusan domestik. Yup, saya akui jika urusan domestik ini ternyata tidak mudah. kebersihan, kerapian dan  memasak. Istri macam apa saya mah, awalnya jika diberikan masukan saya ingin selalu menyanggah. Semacam melakukan pembelaan dirilah. Tapi lama-kelamaan saya harus bisa menerima saran dari suami demi kebaikan bersama. Kalu suami orangnya tho the point, langsung ke tujuan tanpa basa basi. Kalau saya sebaliknya menggunakan kalimat basa-basi dulu baru ke tujuan. 
            Masukan ke suami, sebenarnya suami sudah banyak melakukan perubahan termasuk menahan emosi jika marah, apalagi semenjak saya hamil saya jadi lebih sensitif. Perhatian pastinya, apalagi waktu sakit. Suami kurang apresiasi menurut saya jadi jika saya melakukan sesuatu suami kadang lupa memuji. Nah, saya kan jadi kurang semangat mau melakukannya lagi. Termasuk memasak, jika sering dapat apresiasi positif kan kita jadi semangat. hehe..
Ketika memberikan masukan dan menerima saran inilah kita sebaiknya perbanyak eye contact dengan pasangan, itu akan lebih menunjukkan rasa sayang. Kita memberikan masukan atas dasar sayang. 

#harikesepuluh
#tantangan 10 hari
#komunikasiprokutit
#kuliahbunsayiip

      

Tantangan hari kesembilan-Komunikasi Produktif

        Karena sempat vakum tidak menuliskan tantangan komunikasi produktif beberapa hari lalu sehingga pada akhirnya saya merasa sedikit keteteran. Alhamdulillah kondisi badan sudah mulai pulih kembali setelah dilanda radang tenggorokan yang lumayan cukup parah. Hari ini saya rangkum saja kejadian yang kami alami selama menjalani komunikasi produktif beberapa hari ini.
        Saya menyadari bahwa menikah itu menyatukan dua orang dengan kepribadian yang berbeda dan dibesarkan dengan cara yang berbeda sehingga otomatis dalam menjalani komunikasi tidak selama mulus-mulus saja. Pasti ada sedikit kerikil-kerikil tajam yang menghampiri. Begitu juga dengan keluarga kecil kami. Sedikit cek-cok pernah kami lalui, tapi alhamdulillah tidak sampai berlarut-larut. Semenjak menikah entah kenapa saya menjadi sangat sensitif sekali. Kadang saya tidak terima jika suami mulai memberikan masukan, serasa saya kok salah ya. Bisanya ujung-ujungnya saya hanya menangis saja. Saya merasa belum menjadi istri yang baik, sehingga jika ditegur serasa dunia ini berakhir ditambah lagi ketika hamil sensitifitas berlipat ganda.
      Beberapa hari ini saya tersadar oleh teguran suami kepada saya. Karena beberapa hari ini saya sedang sakit sehingga kondisi rumah agak berantak ditambah cucian yang menggunung. Saya ditegur suami karena menggunakan alasan sakit sebagai pembelaan saya. Awalnya memang saya agak kesal dengan teguran itu namun memang benar kata suami jika saya tidak boleh menggunakan alasan sakit karena sakit kan juga merupakan tanda kasih sayang Allah kepada kita. Dan yang paling menohok lagi adalah ketika suami sudah menggunakan sindiran halus untuk kita itu kok menurut saya yang paling jleb ya. Halus tapi menusuk. Saya banyak merenung hari ini, mungkin selama ini saya terlalu banyak menuntut suami bahkan punya banyak keinginan. Tanpa berpikir apa yang selama ini sudah saya berikan kepada suami saya.
      Bukan seberapa besar apa yang kamu dapat namun seberapa besar apa yang sudah kamu berikan. Berikan yang terbaik maka engkau akan mendapat yang terbaik. Semoga bisa selalu belajar untuk menjadi yang lebih baik lagi.

#hari kesembilan
#tantangan 10hari
#komunikasi produktif
#kuliahbunsayiip

         
          

Tantangan hari kedepalan-Komunikasi Produktif

Selasa,31 Januari 2017

         Sakit merupakan suatu tanda sayang sang Pencipta kepada makhlukNya. Dengan adanya sakit, kita akan lebih bersyukur tentang nikmat sehat. Setelah perjalanan ke Solo ternyata tubuh ini mulai tumbang. Awalnya hanya sedikit meriang dan tenggorakan agak sedikit sakit. Buat minum saja sakit apalagi menelan makanan. Akibatnya hari ini tidak bisa masak sarapan untuk suami. Ya Allah begitu besar nikmat sehat itu. Saat sakit saya selalu berusaha berkomunikasi dengan adek di dalam perut jika Bunda sedang sakit ya dek, saya yakin jika bayi di dalam kandungan sudah bisa mendengarkan Bunda dan Ayah nya.
        
          Ketika sedang sakit, perhatian pasangan akan menjadikan kekuatan tersendiri untuk bisa lekas sembuh. Yup, siang hari saat jam istirahat, suami pulang ke rumah hanya sekedar melihat kondisi saya yang sedang lemah. Benar kaidah 7-38-55. Kosa kata hanya menyumbangkan 7%, 38% intonasi suara, 55% bahasa tubuh. Yup, seperti suami saya yang tidak banyak berkata-kata namun saya bisa melihat dari bahasa tubuhnya jika memang saat itu suami sedang khawatir. Saat suami pulang saya serasa sudah baikan namun ketika suami berangkat lagi ke kantor tubuh ini mulai lemas kembali. Yah, apa ini namanya ya. Karena kekuatan cinta mungkin sehingga tubuh ini mengeluarkan energi cadangannya. 
          
#hari kedelapan
#tantangan 10 hari
#komunikasi produktif
#kuliahbusayiip

Tantangan hari ketujuh-Komunikasi Produktif

Senin, 30 Januari 2017


Pemilihan diksi  (kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya.

        Maafkeun saya yang pada akhirnya harus ada jeda dikarena ada beberapa kendala teknis. Kadang memang menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Pasalnya kadang secara spontan kata-kata seperti sulit, tidak bisa keluar begitu saja dari mulut ini. Yah, bagaimana lagi yang namanya tantangan memang harus dihadapi. Mulai dari sedikit-sedikit. Biasanya saat sesi curhat pada family forum apabila saya kedengaran menggunakan kata negatif seperti aku tidak bisa, sulit atau bahkan mengeluh. Suami sebagai polisi yang selalu mengingatkan untuk selalu menggunakan kalimat positif.
          Well, boleh saya akui jika komunikasi pada diri sendiri ini suami saya yang lebih jago daripada saya. Tetap harus memperbaiki diri terutama kominikasi pada diri sendiri. 


#hari ketujuh
#tantangan 10 hari
#komunikasi produktif
#kuliahbunsayiip

Tantangan Hari Keenam-Kuliah Bunda Sayang

Ahad, 29 Januari 2017



       Berkumpul dengan keluarga adalah rejeki yang tak ternilai harganya. Senangnya kali ini pulang ke Solo semua saudara berkumpul. Suami saya hanya dua bersaudara dan kakak suami sudah menikah dan mempunyai dua orang anak, satu perempuan dan bungsu laki-laki. Pada liburan imlek kali ini kami berkumpul bersama. Saya dapat merasakan aura kebahagiaan yang terpancar dari wajah kedua orangtua kami. 

    Bisa dibilang usia mereka sudah tidak muda laki. Ayah sudah pensiun sebagai guru PNS sedangkan Ibu sekarang usianya hampir 53 tahun dan sebentar lagi juga kan pensiun. Jika di hari-hari bisanya rumah terasa sepi. Hanya ada Ayah dan Ibu namun hari ini rumah terasa hidup karena ada cucu-cucu yang lucu. Semoga sebentar lagi akan bertambah keceriaan setelah lahir cucu yang ketiga. Aamiin.

    Oke, kali ini saya mengamati si kecil Nizam (1,5 tahun). Anak kakak yang paling kecil. Sudah dapat berjalan bahkan kerap berlari-lari kecil. Masih belum lancar berbicara, jadi masih seperti ocehan.

      Subuh, Nizam sudah terbangun dan langsung menunjuk ke arah TV. Ternyata jika di rumah sang ibu sering memutarkan televisi sehabis bangun. Wah, padahal menurut apa yang saya baca disebuah artikel. Bayi usia 0-2tahun memang benar-benar tidak boleh terpapar gadget termasuk televisi karena dapat mengganggu fungsi retina bahkan yang lebih para dapat membuat pertumbuhannya terganggu. 
       Saya mengambil pelajaran bahwa bayi itu dapat belajar, jika sesuatu itu dilakukan terus-menerus dia akan menjadi terbiasa. 

     Nasya, 9 tahun. Suka sekali dengan sinetron india yang ditayangkan salah satu stasiun TV. Padahal dilayar sudah jelas bahwa tayangan tersebut untuk usia 13th +. Beberapa kali saya dan suami melihat bagaimana kakak berbicara pada anak-anaknya bahkan sambil berteriak karena si bungsu beberpa kali ingin memegang colokan kabel. Dan menggunakan banyak sekali kata jangan. Lalu suami pun berbisik kepada saya besok jika sama anak, kita jangan berteriak-teriak ya. Dan meminimalisir kata jangan kalau bisa ganti dengan kalimat positif. Oke, setuju mas. :)

       Saya dan suami juga memutuskan untuk tidak memiliki Televisi di rumah. Karena memang lebih banyak Mudhorotnya daripada maslahat. sehingga kami memutuskan sementara tidak memiliki televisi. Disamping itu saya juga termasuk orang yang sangat senang menonton infotaiment sehingga sangat bahaya jika saya mempunyai televisi di rumah.

      Bagi kami, pendidikan anak dimulai sedini mungkin bahkan bisa jadi sejak dalam kandungan. Sering sekali kami berdiskusi tentang grand desain pendidikan anak.


#hari keenam
#tantangan 10 hari
#komunikasi produktif
# kuliahbunsayiip







MentariPagi. Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Cari Blog Ini

Blogger templates

Photobucket

Advertisement

Pages - Menu