Tantangan Hari Kedua-Komunikasi Produktif

Hari Kedua,
Memang bisa dibilang konsisten itu merupakan tantangan tersendiri (mau ngomong berat tapi kita harus mengubah kata berat menjadi tantangan biar lebih semangat). Akhirnya bisa memegang laptop disela sela kegiatan memasak tempe goreng. Semoga tempeya tidak gosong. hehe.
Takut kalau tidak segera dituliskan nanti malah lupa dan menumpuk dengan tugas lain dan pada akhirnya malah tidak tersentuh sama sekali.
Bisa dibilang komunikasi saya dengan suami selama ini berjalan lancar walaupun terkadang saya sebagai wanita ingin dimengerti walau tanpa kata. Mana bisa coba, suami kita kan bukan paranormal yang bisa mengetahui isi hati. Saya dari awal nikah juga berpikiran seperti itu kalau kita tidak mengungkapkan pada suami mana bisa dia tahu, yang ada malah kita dongkol sendiri karena suami tidak peka. Dalam hubungan suami-istri kita harus mengesampingkan gengsi, jika salah ya minta maaf begitu sebaliknya. 
Malam ini suami pulang agak telat biasanya pukul 17.00 WIB sudah sampai rumah namun sore ini suami ada rapat Ramadhan sehingga pulang agak telat. Baru sekitar 18.30 WIB sampai di rumah. Malam ini saya kurang enak badan sehingga tidak bisa memasak makan malam, 
Ba'da maghrib kami mulai bercengkrama melepas rindu seharian tak bertemu. Obrolan kita saya buka dengan sebuah kisah pada saat di TPA. 
"Pada saat akan memulai kegiatan belajar tiba-tiba muncullan Ibu Muda yang langsung menarik tangan Yoga (Ogah) sambil diseret keluar. Saya dan anak-anak yang lain kaget bukan kepalang. Untungnya saat itu Bu Edi berdialog dengan Ibu Muda tersebut dan meminta agar Yoga mengaji terlebih dahulu. Ternyata muasal kenapa Ibu tersebut melakukan hal tersebut adalah Yaga mengganggu putrinya sehingga menangis. Dan memang selama ini yang saya amati Yoga ini memang sering mengganggu temannya hingga menangis."
Mulailah diskusi mengenai kejadian tersebut, kami menyimpulkan jika Yoga siapapun anak-anak yang memiliki perilaku kasar tidak terlepas dengan peran orangtua. Jadi ingat kuliah matrikulasi IIP jika anak-anak itu mempunyai fitrah baik, orang tualah yang menjadikan anak-anak jauh dari fitrahnya.Dan biasanya jika sudah membahas seperti ini kami bisa merembes pada pola asuh untuk anak-anak kelak.
Tema obrolan kami bisa dibilang random, jadi suka suka kita yang penting kita bisa bertukar cerita. Setelah membahas anak TPA biasanya suami akan menceritakan kegiatan hari ini di kantor. Rapat panitia Ramadhan berjalan lancar namun ada beberapa masukan dari rekan rekan yang lain. Bahkan ada saran yang membuat suami saya sampai kepikiran terus. Ya, memang apa yang kita lakukan pasti menuai pro dan kontra. Bahkan kita tidak bisa memenuhi keinganan setiap orang.
Obralan kita ditutup setelah adzan isya' berkumandang. Karena tidak memasak dan sedang tidak enak badan suami mengajak makan di luar. Yeaaay...makan mie ramen.

Komunikas yang hangat membuat keluarga kita semakin dekat, semoga obrolan ringan dan hangat ini bisa menjadi budaya di keluarga kami.

#harikedua
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayiip

0 komentar:

Posting Komentar

MentariPagi. Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Cari Blog Ini

Blogger templates

Photobucket

Advertisement

Pages - Menu